Shalat Jum'at Pertama di Schmalkalden

Begitu sulit menemukan kehidupan islam di kota Schmalkalden tempat saya menuntut ilmu ini. Jangankan bangunan mesjid, bisa bertemu dengan muslim saja, hal yang sangat langka. Selain karena kota Schmalkalden ini kota kecil, mungkin muslim di kota ini tidak menunjukkan identitasnya karena merasa minoritas.

Saya sendiri jarang mendeklarasikan kalau saya muslim. Saya sering menghilang tiba-tiba dari kelas tanpa memberi tahu siapapun, untuk sejenak pulang ke dormitory, shalat dzuhur. Supaya tidak ada yang tahu, kalau saya muslim. 

Saya juga terkadang heran, banyak teman saya yang berasal dari negara mayoritas muslim, tapi mereka tidak pernah izin dari kelas di waktu-waktu shalat. Bukannya saya suudzon, tapi itulah faktanya. Ada bahkan beberapa yang  dengan ekstrim mengaku muslim tapi sekuler, tidak peduli shalat, dan tidak peduli perkara makan halal. Di Indonesia juga banyak yang seperti ini, biasanya disebut "islam KTP", tapi coba kita renungkan, bagaimana kaum terdidik (Mahasiswa S2, jauh-jauh ke Jerman) yang masih menganggap remeh agama. Sungguh ironis.

Ketemu dengan wanita Malaysia.

Pernah suatu kali saya ketemu sama wanita berjilbab di kampus. Awalnya saya melihat dari kejauhan, lalu karena penasaran dan ingin memastikan, akhirnya saya mengejarnya. Tak sungkan saya berkenalan dengannya. Sungguh, bertemu dengan sesama muslim di tempat ini, bagai menemukan saudara baru. Tidak ternilai.

Saya lupa menanyakan namanya, syukurnya aku sempat menyebutkan nama ku saat berkenalan. Dia gadis malaysia yang sedang menyelesaikan Bachelor Degree di kampus yang sama denganku. Sedang sibuk menyusun skripsi. Dia sangat ramah, tak jarang kami bertemu di kampus, dia selalu menyapaku dengan hangat.

Selain bertemu dengan wanita Malaysia, hari ini saya bertemu dengan Mas Hanin Na'im, juga berkewarganegaraan Malaysia.  Setelah sebelumnya bercengkrama via Facebook, akhirnya saya pun bertatap muka dengannya. Yah, saya berterima kasih banyak sama Mark Zuckerberg yang telah menciptakan media komunikasi dua arah itu.

Hanin Na'im adalah pria Malaysia yang juga menuntut ilmu di FH-Schmalkalden. Saya mengetahui kalo beliau islam karena melihat foto-fotonya di facebook. Dari percakapan yang awalnya hanya berkenalan, akhirnya sampai pada topik shalat jum'at, yang merupakan salah satu problem yang saya alami di sini. Selain karena tidak ada muslim, di sini juga tidak ada mesjid atau mushallah.

Hanin menawarkanku untuk ikut shalat jumat berjamaah dengan teman-temannya sesama Malaysian di dormitory tempat mereka berkumpul. Dengan senang hati saya pun menyetujuinya, walaupun saya tahu hari Jum'at ini saya punya mata kuliah dari jam 12.00 sampai 16.00, yang berarti saya tidak bisa ikut shalat Jum'at.

Saya kabur dari kelas

Seperti biasa, untuk melaksanakan ibadah, saya kabur dari kelas. Padahal, sesaat sebelum saya keluar meninggalkan kelas, dosen saya sempat cerita tentang kebenciannya sama salah seorang mahasiswanya asal Mesir yang pernah meninggalkan ruangan kelas untuk alasan religion.

Well, saya bukanlah mahasiswa Mesir, dan lagi tidak ada yang bakal tahu kalau saya keluar untuk shalat. Meski saya sudah bisa mengestimasi, saya akan meninggalkan kelas selama 1 jam, karena jarak kampus ke dormitory yang alamatnya Hanin kirimkan via facebook, lumayan jauh. Saya tidak boleh jalan santai, harus berlari bolak-balik demi menghemat waktu. Sesekali saya capek, di kepala saya selalu tertanam sosok Pak Habibie, yang harus berjalan kaki 15 kilometer ke kampus untuk menghemat uang transport. Sungguh, perjuangan saya tidak ada apa-apanya.

Dormitory Walperloh Nomor 31, di sanalah saya menemukan 13 orang muslim yang semuanya berkewarganegaraan Malaysia. Sebuah ruangan berkapasitas 15 orang dan dilengkapi dapur dan kamar mandi. Mereka menyambutku dengan ramah, satu-persatu memberi salam dan memperkenalkan diri. Jujur, susah menghafal nama mereka satu-satu.

Mereka menggunakan bahasa melayu. Sesekali, menggunakan bahasa Jerman. Bahasa melayu sendiri tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Buktinya saya bisa paham dengan ceramah singkat Jumat yang dibawakannya dengan bahasa Melayu. Saya begitu bahagia bisa menemukan kumpulan orang muslim di sini. Seperti menemukan rumah baru, keluarga baru.

Alhamdulillah, mungkin ini jawaban atas doa-doa saya.

Related

personal 421908979359600507

Posting Komentar

  1. Subhanallahh........ Allah always show the way for a good ummah... *melting*

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. finally, I read this, Va. tapi mauka cerita yang lebih dalam..
    hahaha

    hugs, Zack

    BalasHapus

emo-but-icon

RECENT

POPULAR

COMMENT

INFO

RANDOM POST

item