Menulis tidak membuat Pintar, Kenapa Menulis?
https://www.daengfaiz.com/2014/10/menulis-tidak-membuat-pintar-kenapa.html
Apa yang dituliskan Pramoedya Ananta Toer benar. Sepandai apapun seseorang, tanpa menulis, kita akan hilang dari sejarah. Bagaimana mungkin kita tau rumus Einstein, jika tidak ada buku yang menuliskannya. Bagaimana ajaran-ajaran jaman dulu bisa sampai ke kita, tanpa adanya kitab yang ditulis.
Menulis bukanlah bakat lahiriah yang tidak bisa dipelajari, meski ada beberapa orang yang terlahir dengan talent menulis yang hebat. Semua orang bisa menulis, dan punya potensi menjadi penulis hebat, sekali lagi karena menulis adalah keahlian yang bisa dipelajari. Menulis sendiri, tidak lain, bentuk menuangkan ide yang ada di kepala, menjadi deretan kata-kata di atas kertas.
Sebuah keahlian yang diulang dan dilatih secara terus menerus, akan menjadi kebiasaan. Seperti halnya belajar naik sepeda, mana mungkin kita bisa mengendarai sepeda, jika tidak pernah mencobanya. Semua butuh proses belajar. Tidak ada yang instan, bahkan untuk membuat mie instan pun, butuh merebus air dulu bukan?. Yang perlu dilakukan hanyalah mendorong diri kita untuk menulis. Ingat, tidak akan ada orang lain yang bisa mewujudkan cita-cita kita selain kita sendiri.
Menulis Apa?
Kadang kita bingung mau menulis apa? Sebenarnya ini perkara simpel, tulislah apa yang kita senangi. Saya yakin setiap orang punya passion sendiri-sendiri. Misalnya, senang olahraga, tidak ada salahnya menulis berita olahraga. Saya punya teman yang gemar badminton, sehari-hari dia menulis tentang berita badminton di seluruh dunia, hasilnya sekarang dia bekerja di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menjadi wartawan internal yang meliput kegiatan pertandingan badminton di berbagai negara. Keren bukan? Padahal dia hanya menulis tentang badminton di blog pribadinya, yang kemudian tidak sengaja di temukan salah satu pengurus PBSI.
Ada juga cerita dari teman saya yang gemar travelling dan akhirnya di kontrak sama perusahaan besar untuk menulis perjalanan travelling nya. Dia diberi fasilitas tiket, akomodasi, dan uang saku gratis untuk keliling dunia. Hal-hal simpel ini kadang tidak kita sadari. Kesempatan datang tidak kenal waktu, sebelum itu datang sudah seharusnya kita mempersiapkan diri.
Menulis Butuh Komitmen
Menulis itu bukan pekerjaan sehari dua hari. Butuh komitmen untuk melakukannya. Pasang surut semangat, kadang terjadi. Saya sendiri memulai menulis sejak kelas 5 Sekolah Dasar. Waktu itu, saya menulis puisi dan berhasil dimuat di salah satu koran lokal di Makassar (tempat tinggal saya). Beranjak SMP saya lanjut menulis cerpen, dan juga dimuat di media cetak lokal yang konon merupakan terbesar di luar pulau Jawa.
Sempat surut beberapa tahun, tapi lanjut lagi pas duduk di bangku SMA kelas dua. Saya mulai berkenalan dengan dunia blogging. Awalnya, menulis karena ingin ikut lomba dan pastinya target ingin menang dan membawa pulang hadiah. Sampai akhirnya gabung di perusahaan advertising dan memperoleh job writing dari perusahaan-perusahaan besar.
Apa tujuan akhir MENULIS?
Menjadi penulis terkenal? atau memperoleh uang dari tulisan? Sebenarnya menulis adalah passion, kegemaran. Saya kurang setuju kalo seseorang menulis hanya untuk popularitas, apalagi demi materi. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Banyak orang yang mati-matian menulis demi menembus penerbit mayor agar bukunya bisa terpampang di toko-toko buku terkenal di seluruh Indonesia. Padahal, ketika tembus pun, belum tentu bisa laris di pasaran. Semua akan kembali ke konten tulisan. Tulisan yang bagus, terbit atau tidak, pasti akan dicari-cari orang.
Kabar gembiranya, selain kulit manggis ada ekstraknya, kita bisa dengan mudah menerbitkan tulisan di Self-Publishing secara gratis, seperti Rasibook. Jangan menganggap remeh buku indie yang terbit melalui self-publishing. Penulis sekaliber Dewi Dee pun pernah menerbitkan bukunya sendiri, sebelum akhirnya ada penerbit besar yang tertarik menerbitkannya.
Keunggulan Self-Publishing?
Konsep Self-Publishing sudah ada sejak tahun 2011 di Indonesia. Ini merupakan angin segar bagi para penulis pemula, yang sudah susah payah menembus penerbit besar. Dengan self-publishing, semua orang bisa menerbitkan bukunya dengan budget minim bahkan gratis, tanpa perlu mengalami penolakan naskah. Selain itu, masalah pembagian royaliti pun, self-publishing memberikan porsi yang lebih besar dibanding penerbit mayor.
Menulis adalah Berbagi
Menulis tidak membuat kita menjadi pintar, tapi sepintar apa pun, tanpa menulis kita bukanlah siapa-siapa. Jika ingin menambah wawasan, sebaiknya membaca lah. Dan sadar atau tidak, apa yang kita baca adalah ide dari oleh orang lain yang juga ditulis. Secara tidak langsung, ada proses berbagi di sana. Reading is Cool but Writing is Hot. Menulis dan Membaca adalah dua hal seperti memberi dan menerima. Dan parahnya, banyak yang lebih senang menerima daripada memberi, banyak yang senang membaca daripada menulis.
Kapan Mulai Menulis?
Jawabanya "Sekarang".
Akhir kata, Menulislah Sebelum Tidur, dan Bangunlah untuk melihat "Bagaimana Tulisan mu Mengubah Dunia".
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKeren kak. Penulisan kata perkatanya juga bagus.
BalasHapusDaeng Faiz, masih tinggal di German. Wah keren, istri saya tertarik sekali belajar bahasa German. Oh ya tulisannya keren, terutama kutipan awal dari Mbah Pramoedya Ananta Toer. Tetap semangat menulis, dan salam kenal dari Bogor.
BalasHapuswah tulisannya, sangat menginsprirasi. jadi semakin semangat menulis ^_^
BalasHapusKerrren ^_^
BalasHapus@aki sholeh : Maaf yah komennya aku hapus karena out of topic, ini bukan forum jual beli mas. Terima kasih atas kunjungannya (sudah kayak pegawai minimarket belum?). hehehe
BalasHapus@Novianti Bakri: Terima kasih yah. Senang sekali rasanya pas dapat chat di google hangout dari Novi. dan ternyata mau bilang tulisannku bagus. hehehe. tulisan mu juga gak kalah bagus kok Novi. Btw, salam kenal yah, ternyata orang Sulawesi Selatan juga.
@Bobby Prabawa : Iya mastah, masih kuliah di Jerman. Wah Istrinya bisa kursus di Goethe Institut Jakarta atau kalo mau privat saya punya kenalan guru privat yang kebetulan juga tinggalnya di Bogor. Salam kenal yah
Kazuhana El Ratna : Wah senang sekali kalo tulisan ini bisa menambah semangat untuk menulis. Terima Kasih kunjungannya.
@Afsokhi abdulloh : Makasih bang... Salam kenal. ^_^
bagus...
BalasHapusbanyak kata-kata motivasi yang membuat seorang pemula ingin menulis...
oh ya ada typo di paragraf ke dua di "apa tujuan akhir menulis?" kata "tempus"
@Mesra Absani : ok, thanks, sudah dibetulin.
BalasHapusg tw cara memulainya bro
BalasHapusbnyak bgt ide dikepala tpi g tw harus memulai dari mana
:D
gmna itu bro Daeng Faiz
Mulai aja tulis. Nanti setelah nulis, baru di baca lagi, edit lagi. Ada yang bilang "99% of draft is bullshit", artinya sejago apapun kita nulis, pasti butuh editing. Jadi jangan takut memulai untuk menulis, apapun hasilnya, bisa kita perbaiki pas tahap editing.
BalasHapusInspiratif kak tulisannya, bsa sharing nih sma kk ^__^
BalasHapusTerima kasih mbak Dianti, salam kenal. Silahkan kalo mau sharing, dengan sangat senang hati...
BalasHapusTulisan yang menarik. Lanjutkan menulis :)
BalasHapusthanks m yah. salam kenal
BalasHapus