Haruskah Harga BBM Naik? (Sebelum Demo, Baca Dulu!)
https://www.daengfaiz.com/2014/11/haruskah-harga-bbm-naik.html
daenggassing.com |
Terhitung tanggal 18 November, Presiden Joko Widodo menetapkan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di Indonesia dari Rp. 6500 menjadi Rp. 8500 (kenaikan sebesar 30,7%).
Saya mencoba mencari referensi untuk menjawab pertanyaan jutaan masyarakat Indonesia, Kenapa harga BBM dinaikkan? Haruskah harga BBM naik?
Alasan harga BBM naik :
- Malaysia : 2,4 %
- Thailand : 2,6 %
- Taiwan : 0,3 %
- Vietnam : 2,5 %
- Sri Lanka : 1,5 %
- China : 0,3%
53 persen subsidi BBM dinikmati mobil pribadi . Jadi kalau kalian demo atas nama rakyat, sebenarnya kalian demo untuk rakyat yang memiliki mobil pribadi. Bayangkan, Rp. 210 Triliun subsidi BBM, lebih dari setengahnya hanya dinikmati oleh pengguna mobil pribadi.
Indonesia bukan Negara Kaya Minyak . Mungkin banyak yang mengira kalau negara kita adalah produsen minyak besar di dunia. Yah, negara kita memang produsen minyak, tapi tidak sebesar Irak, Arab, dan negara timur tengah lainnya. Cadangan minyak Indonesia hanya tinggal 3,7 milliar barel dan harga BBM di Indonesia lebih murah dari harga BBM di Irak yang merupakan negara kaya minyak.
Indonesia bukan negara eksporter Minyak. Nah, perlu diketahui, sejak tahun 2003, Indonesia tidak lagi mengekspor minyak, malah sebaliknya, Indonesia menjadi negara importir minyak karena lonjakan konsumsi bahan bakar nasional. Akibatnya, penerimaan migas tidak lagi mampu menutupi subsidi energi.
Berapa Harga BBM yang Pantas ?
Mari kita bahas mengenai harga BBM di Indonesia. Mula-mula mari kita bandingkan harga BBM di Indonesia dan beberapa negara tetangga :
Malaysia (RM 1 = Rp. 3635)Harga untuk RON 97 sebesar RM 2,55 (Rp. 9269,5), RON 95 sebesar RM 2,3 (Rp. 8360,5), Diesel sebesar RM 2,2 (Rp. 7997)
Singapura (S$ 1 = Rp. 9406)RON 98 = S$ 2,17 (Rp. 20411,02), RON 95 = S$ 2,05 (Rp. 19282,3), RON 92 = S$ 2,01 (Rp. 18906,06) dan Diesel = S$ 1,5 (Rp. 14109)
Thailand (Baht 1 = Rp. 372)RON 95 = Baht 41,66 (Rp. 15497,52) dan Diesel = Baht 29,39 (Rp. 10933,08)
Filipina (Peso 1 = Rp. 271)RON 95 = Peso 45,45 (Rp. 12316,95), RON 91 = Peso 44.15 (Rp. 11964,65), dan Diesel = Peso 35,81 (RP. 9704,51)
Vietnam (Dong 1 = Rp. 0,5709)RON 95 = Dong 21990 (Rp. 12554,09), RON 92 = Dong 21390 (Rp. 12211,55) dan Diesel = Dong 19240 (Rp. 10984,12)
Indonesia (Rupiah)Premium (RON 88) = Rp. 8500, Pertamax (RON 92) = Rp. 10200, Pertamax Plus (RON 95) = Rp. 11.600, Diesel/solar = Rp. 7500.
Kualitas Bahan Bakar Berbeda :
Data di atas menunjukkan bahwa setiap negara memiliki kebijakan tentang harga dan kualitas BBM di masing-masing negaranya. Di Malaysia, mereka menggunakan bensin kelas RON 95, di Indonesia di kenal dengan Pertamax Plus, dengan harga yang lebih murah dari Indonesia. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan negara Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina, negara kita lebih murah.
Sementara untuk solar, Indonesia adalah negara yang memberi harga paling murah di antara negara-negara Asean tersebut.
Kenapa BBM di Malaysia Murah ?
- Konsumsi BBM mereka tidak sebanyak Indonesia. Penduduk Malaysia berjumlah 30 juta di tahun 2014 (estimated from wikipedia), sedangkan penduduk Indonesia mencapai 8 kali lipatnya (sekitar 250 juta). Dengan selisih jumlah penduduk, bisa diperkirakan berapa jumlah kebutuhan BBM.
- Jalur distribusi BBM di Malaysia tidak serumit di Indonesia. Ingat, kita negara kepulauan. Sementara kilang-kilang minyak tidak tersedia di semua pulau, sehingga butuh biaya distribusi yang besar untuk memastikan ketersediaan BBM di seluruh Indonesia. Malaysia, bisa menekan harga, dengan cara menghemat di biaya distribusi.
Haruskah Harga BBM Naik ? Silahkan komentar . . .
NB: Saya bukan pendukung Jokowi, saya cuma mahasiswa jurusan Bisnis yang melihat perkembangan Indonesia. Di tempat saya menuntut ilmu (FH-Schmalkalden), Indonesia sering dijadikan soal quiz. Salah satu soal quiz yang saya ingat adalah "Kenapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia lambat?". Sebagai mahasiswa asal Indonesia, seharusnya saya bisa menjawab dengan benar. Di sisi lain, saya tidak boleh menjelek-jelekkan negeri sendiri.
NB: Saya bukan pendukung Jokowi, saya cuma mahasiswa jurusan Bisnis yang melihat perkembangan Indonesia. Di tempat saya menuntut ilmu (FH-Schmalkalden), Indonesia sering dijadikan soal quiz. Salah satu soal quiz yang saya ingat adalah "Kenapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia lambat?". Sebagai mahasiswa asal Indonesia, seharusnya saya bisa menjawab dengan benar. Di sisi lain, saya tidak boleh menjelek-jelekkan negeri sendiri.
Referensi :