Perempuan Kedua


Hujan lebat mengguyur kota Barcelona sejak tadi pagi. Tak seperti biasanya, matahari selalu merajai langit di kota ini. Winter kali ini memang penuh teka-teki, perubahan cuaca sangat cepat. Ini menjadi alasan Adi membawa jaket tebal ketika hendak kemana-mana. Bisa saja di pagi hari cuaca terang benderang, lalu mendadak hujan disertai angin kencang di siang hari.

Karena tak tahan dengan angin yang semakin lama berhembus semakin kencang, Adi pun mengeluarkan jaket parasutnya yang kusut dari dalam tas. Sembari menunggu bus nomor H16, Adi berteduh di pinggiran hotel yang letaknya tidak jauh dari halte. Sesekali ia mengecek layar ponselnya yang sengaja diletakkan di saku celana bagian depan, maklum Barcelona sangat rawan dengan copet.

Tak berapa lama, Bus merah jurusan Zona Franca yang ditunggunya pun datang. Salah satu jurusan bus yang penumpangnya selalu ramai karena mengarah ke pemukiman padat penduduk. Setelah melakukan validasi ticket di mesin, Adi bergegas mencari tempat duduk yang kosong. Handphone-nya mendadak berdering. Bunyi khas aplikasi LINE.

'Apa kabar?' pesan yang tiba-tiba pop-up di layar ponselnya.

Pesan itu berasal dari Rima, perempuan yang dikenalnya dari teman kampusnya dulu di Indonesia. Niatnya dulu, temannya ingin menjodohkan dirinya dengan perempuan berdarah jawa itu. Adi memang tipikal anak yang pendiam. Kurang aktif dalam berkomunikasi jelas membuatnya susah mendapatkan pacar. Jangankan pacar, teman perempuannya pun bisa dihitung jari.

Ia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Rima, sangat sulit rasanya membangun topik pembicaraan. Pun untuk menjawab pertanyaan 'Apa Kabar?' rasanya sangat sulit baginya. Sembari memperhatikan dua pasangan muda yang duduk persis di hadapannya, Adi berusaha merangkai kata untuk merespon pesan Rima tersebut.

'Alhamdulillah baik, kamu?'

Belum sempat menekan tombol send, tiba-tiba ada panggilan LINE yang masuk. Tertulis jelas, panggilan tersebut berasal dari Ibunya. 

'Assalamualaikum, le' sapa ibunya dengan hangat

'Walaikumsalam, bu' jawabnya dengan suara lirih. Ia masih belum terbiasa membalas salam di tempat umum. Meskipun, tipikal orang spanyol sangat open-minded, tetap saja akan jadi pusat perhatian jika mengucap salam.

'Kamu di mana Le? Bagaimana kuliahnya tadi?' sambung ibunya yang terdengar sangat rindu pada anak sulungnya tersebut.

...............................................................................................................................................

Percakapan khas antara ibu dan anak pun berlangsung panjang. Mulai dari pertanyaan kuliah, kehidupan sehari-hari, diskusi agama, sampai bahasan jodoh. Yah, Adi memang lebih terbuka dengan ibunya, ketimbang ketika berbicara dengan ayahnya. Streotype anak laki-laki jaman sekarang.

Tak ada durasi tertentu ketika ibunya menelpon. Biasanya bisa lebih dari 60 menit, atau bahkan lebih dari itu. Seringpula ibunya menelpon dengan durasi singkat, hanya untuk memastikan anak laki-laki nya dalam keadaan sehat.

Tiba-tiba handphonenya berdering lagi. Kali ini pesan panjang dari Rima. Tidak seperti biasanya, ia bisa membaca pesannya dari layar pop-up, tapi karena panjang, dia harus membuka aplikasi LINE terlebih dahulu. Adi tampak sangat penasaran.

'Mas Adi, saya tidak mengerti dengan apa sebenarnya yang ada di benak mas. Saya mengenal mas sudah lebih 3 tahun, sejak Mas Fikar dulu mengenalkan. Setidaknya saya tau, kalo Mas Adi orang baik-baik. Sesibuk apapun Mas Adi sekarang, seharusnya Mas Adi punya sedikit waktu  untuk membalas pesan Rima. Saya agak kecewa dengan perubahan Mas Adi sekarang.' pesan panjang dari Rima

Adi sangat terkejut membaca pesan itu.

(Bersambung...)

Related

personal 6952670242556696985

Posting Komentar

  1. sambungannya buruan dipost. sebelum pembacanya lupa atau terlalu sibuk untuk kembali membaca.. hehehe :)

    BalasHapus

emo-but-icon

RECENT

POPULAR

COMMENT

INFO

RANDOM POST

item