Kampus Tiga Huruf ? (Part 2)


Postingan saya sebelumnya menuai banyak kontroversi. Bagi yang belum baca silahkan baca Kampus "tiga huruf" di Makassar yang Anarki dan Miskin Prestasi . Ada banyak yang kontra terhadap tulisan tersebut, mungkin sedikit sakit hati dengan beberapa diksi saya . Akan tetapi tak sedikit pula yang setuju, bahkan ada yang mengaku bahwa beliau adalah lulusan dari kampus tiga huruf dan menyatakan memang benar kondisi kampusnya seperti itu.

Tentang Kampus Tiga huruf ?
Sebenarnya tidak ada yang berhak tersinggung atas postingan tersebut. Mengingat saya tidak menuliskan nama kampus secara gamblang. Saya hanya menyebut kampus tiga huruf, dan coba hitung berapa banyak kampus di Makassar yang inisialnya tiga huruf. UMI, UNM, UIT, UIN, UMM, UIM, AMI, UKI, silahkan di lanjut sendiri . . .

Terus kalau merasa tersinggung dengan postingan tersebut, berarti secara tidak sadar, anda membenarkan kondisi kampus anda, bukan?
Kalau saja merasa kampus teman-teman baik-baik saja, kaya prestasi, dan tidak anarki, saya rasa teman-teman tidak perlu kebakaran jenggot pas baca tulisan saya. Toh, apa yang saya tulis adalah perspektif saya. Ingat ini blog, bukan portal berita.

Saya minta maaf . . .
Sebenarnya saya sudah minta maaf melalui facebook (karena postingan saya beredar melalui jejaring sosial ini), tapi rasanya perlu saya konfirmasi lebih lanjut. Melalui postingan ini saya minta maaf sama semua perwakilan kampus di Makassar utamanya yang memiliki inisial tiga huruf. Apapun, saya mengapresiasi kalian karena telah menyempatkan membaca tulisan saya di blog ini.

Ada yang bilang, saya menjelek-jelekkan nama Makassar. Bukan begitu, apa yang saya tulis adalah apa yang saya alami, saya lihat. Saya tidak mungkin bikin postingan "Kota Makassar Aman dari Demo", terlalu sarkasme bukan?. Saya hanya mencoba memberi masukan dan kritik, dengan cara yang saya.

Jutaan cacian dan tanggapan saya . . .
Beberapa hari terakhir, tepatnya setelah saya memposting tulisan saya, banyak yang berkomentar melalui blog ini, dan juga message FB. Saya sangat menghargai karena ada yang dengan pedas mengkritik cara menulis saya, yah saya memang masih belajar, masih pemula, tapi untuk komentar yang isinya cacian, saya rasa tidak perlu di balas. Biar publik yang menilai, mana kaum intelektual, mana yang bukan?
 
Komentar

"Kalau sudah punya haters, berarti karya kita berhasil"  
Dedy Cobuzier

"Kalau tidak mau ada yang kontra sama karya kita, jangan berkarya"  
Hanung Bramantyo

Related

Info Sekitar 1949092423288818291

Posting Komentar

  1. I like the quotes, dan jujur saya baru membaca postingan pertama yang berjudul "Kampus Tiga Huruf". sebenarnya tak ada yang salah. saya memang bukan orang makasar, dan yang sering saya lihat di televisi memang begitu adanya. saya tidak melihat kalau postingan sebelumnya merujuk ke sebuah kampus tertentu karena si penulis tidak menyebutkan secara gamblang. tapi yang bikin lucu ada mereka yang berkomentar dengan menyertakan nama kampus mereka sendiri, bahkan ada yang menyuruh untuk memposting blok ini biar si penulis di bully di makasar. LHA apa yang salah dengan tulisan blog ini. justru anda yang menyertakan nama kampus anda seolah olah menunjukkan kalau yang dimaksud kampus itu adalah kampus anda.

    BalasHapus
  2. Saya sudah membaca tulisan Anda di PArt 1 dan part 2..
    Saya hanya ingin memberi masukan nih, kalau mau mencantumkan kalimat "kampus mahasiswa miskin prestasi" tolong dong dilampirkan data2 Real nya, apakah lagi jika Anda menggolongkan tulisan Anda bersifat semi ilmiah serta standardisasi dari kampus miskin prestasi itu seperti apa. Yg kedua, saya juga ingin menyarankan, bahwa setiap kampus memiliki website masing2,, mungkin Anda bisa mengunjungi web tersebut, agar anda lebih mengetahui mengenai kampus tersebut baik pemberitaan secara umum pun prestasi yg tak sempat diumbar oleh media umum. Itu saja.
    Sekian dan terima kasih ^_^

    BalasHapus
  3. http://www.unm.ac.id/berita-unm/32-prestasi/748-unm-goes-to-nudc-2014.html

    BalasHapus
  4. Hahaha, knapa na banyak initial itu na 1ji dimakassar kampus yg disubsidi pemerintah yg 3 huruf, 2 lainnya lebih dr 3 huruf.. perluki belajar nulis kayaknya deh...

    BalasHapus
  5. saya mau nanya, apa itu intelektual menurut anda? kalau anda punya defenisi khusus ttg "kaum intelektual," dasarnya apa?
    begitu juga ttg anarkisme. sy juga mau tanya, bagaimana anda memahami "anarkisme"? jgn2 anda hanya memilih kata secara membabi-buta tapi nda paham apa maksudnya.
    terkait soal kampus yg anda sasar itu, data faktual anda apa? sy menduga opini anda terlalu simplistik. anda juga naif dlm memberi penilaian, tdk melihat scr struktural dan dipenuhi klaim2 boombastis nan bulshit.
    memang sih ada dua cara untuk terkenal. pertama memang hebat. kedua, bikin kontroversi. sy pikir, anda masuk kategori kedua ini. mirip2 artis infotaiment yg asbun :P

    BalasHapus
  6. mau terkenal ya? sok pake kata-kata dedy lagi... cuih!

    BalasHapus
  7. gampangji dilacak ipmu. janmko banyak bicara nah.. saya datangiko itu.

    BalasHapus
  8. sorry bro... tidak adakah kata lain selain "MISKIN" sy saja bukan dari kampus 3 huruf yg dimaksud merasa risih bacanya.. tolong dikoreksi. apalagi kita tauji ada bugis to? ka lamamaki di makassar... ada dibilang siri' napacce.. TARO ADA TARON GAU'

    BalasHapus
  9. Jadi bilang ma wow ini ??? kayak apa saja lulusan PNUP menulis ginian hahaha... semoga doa para haters diterima disisi tuhan karena anda sendiri yang membangkitkan tsunami di dalam lautan yang tenang....

    BalasHapus
  10. Hallo bro
    Saya bangga dgn kampus saya UNM. Saya alumni di kampus ini. Dan prestasi kita bisa uji dan adu. Kampus siapa yg lebih baik. Mohon maaf, klo debat lokal ji, jangan maki bangga.... mana prestasiTa???

    BalasHapus
  11. assalamualaikum
    saya salah satu mahasiswa makassar yang menerima dana subsidi dengan kampus tiga huruf itu. subsidi ? tiga huruf ? ahhh ~
    secara tidak langsung anda menyudutkan kami lohh.. secara di mediamedia yang disoroti cuma kampus kami saja. seketika kami mencetak prestasi berlalu begitu saja..

    BalasHapus
  12. Setuju dengan tulisan Nuku Dipa "Membacalah sebelum beropini (respon untuk daeng faiz)", sekarang jelas yg mana tulisan berkualitas, yg mana tulisan yaaa gitu deh. Ibarat artis, yg satunya Anggun C. Sasmi, yg satunya D*pe.

    https://www.facebook.com/notes/nuku-dipa/membacalah-sebelum-beropini-respon-untuk-daeng-faiz/1501559710118177?pnref=story

    BalasHapus
  13. Assalamualaikum. Sekedar berbagi pendapat, kita kan sesama orang Makassar (bapak ibu saya Jawa, tapi saya tumbuh besar di Makassar), menurut apa yang saya rasakan selama ini, orang Makassar itu baik-baik. Umumnya mereka ramah dan tidak suka cari masalah. Nah sekarang karena suatu hal, muncul stigma bahwa orang Makassar itu keras (dalam hal yang tidak baik). Dan hal ini (munculnya stigma) adalah fakta yang terlanjur terjadi. Menurut saya tak ada gunanya saling menyalahkan atas apa yang sudah terjadi. Penulis bisa saja salah, 1 atau 2 hal. Tapi apakah semua pembaca, termasuk saya, sudah yakin benar 100%?? Kita harus ingat, kita ini manusia, tempatnya kesalahan. Kita sebagai sesama orang Makassar seharusnya saling tafakkur, introspeksi, menengok dalam diri kita masing-masing, dan mulai mengoreksi tindakan-tindakan kita yang sudah terlanjur salah. Yang terlanjur membuat kita menjadi bahan cibiran. Bagaimana cara mengoreksinya? Saya percaya, kita bisa memulainya dari hal yang paling sederhana: Menjaga kata-kata, berhenti mencaci maki, berhenti berucap/menulis/menyampaikan kata-kata kotor. Saya mahasiswa, sebagian dari kita pembaca yang lain juga jelas-jelas mahasiswa, seharusnya kita bisa lebih mengedepankan kata-kata yang santun nan masuk di akal, bukan kata-kata yang emosi penuh cacian. Mari kawan kita sama-sama berubah. Mari kita wujudkan bersama-sama Makassar yang lebih baik, Indonesia yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk anak-cucu kita nanti. Salam.

    BalasHapus

emo-but-icon

RECENT

POPULAR

COMMENT

INFO

RANDOM POST

item