Kenapa Saya di Jerman and The Story Behind

Setelah posting di facebook salah satu foto saya di Jerman, sangat banyak teman saya yang spontan kaget dan bertanya-tanya. Kenapa saya di Jerman?

Begitulah orang Indonesia (termaksud saya).



Bagi saya, inilah sebuah perjalanan. Sebuah proses. Setelah memutuskan resign dari perusahaaan raksasa Semen Indonesia, saya sempat dicibir banyak orang. Waktu itu banyak yang berfikir, itu adalah keputusan yang salah. Saya seperti melepas sebuah masa depan, dimana ribuan orang kala itu menginginkan posisi saya.

Flashback sedikit, saya bergabung di Perusahaan Semen yang tengah ekspansi ke pasar Asia Tenggara itu pada tahun 2012 awal. Jalannya pun tidak mudah, waktu itu ada 18.000 pendaftar. Setelah 7 tahap seleksi, mulai dari seleksi berkas, tes TPA, tes psikologi, tes Bahasa Inggris, Tes wawancara, tes kebugaran, dan yang terakhir tes kesehatan, saya pun dinyatakan lulus.

Semua merasa senang dan bangga pada ku saat itu. Tak terkecuali kedua orang tuaku. Mungkin itu adalah sebuah pencapaian yang dahsyat. Tak tanggung-tanggung, teman-teman seangkatan yang juga diterima di perusahaan itu, banyak yang mengadakan syukuran besar-besaran. Namun saya sendiri, tidak.

Mungkin itulah mengapa, orang-orang berfikir saya sudah gila, ketika saya memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan itu. Selain karena gaji yang tinggi, dan masa depan yang terjamin, bekerja di perusahaan BUMN besar seperti itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri.

Kenapa saya mengundurkan diri ?

Ada beberapa alasan yang kuat sehingga akhirnya saya mundur. Pertama, masalah penempatan. Waktu itu saya ditempatkan di pabrik, bukan di kantor. Sementara tahu sendiri, latar belakang saya akuntansi. Saya tidak mengerti sama sekali dunia permesinan, yang akhirnya saya pelajari karena tidak ada pilihan lain. 

Kedua, masalah jam kerja dan jam shalat. Pabrik bekerja 24 jam, dan waktu kerja di bagi menjadi 3 shift. Parahnya, saya tidak bisa menjalankan ibadah ketika pabrik bermasalah. Terlebih, pada hari Jum'at, ketika bertepatan dengan shift kerja, saya tidak diperbolehkan meninggalkan lokasi. Buat saya, kerja adalah selingan untuk menunggu waktu shalat, bukan sebaliknya. 

Alasan ketiga, masalah pengembangan diri. Waktu itu, saya berpikir, jika saya bertahan, mungkin bisa. Saya mungkin bisa menafkahi keluarga saya nanti dengan layak. Tapi, saya tidak akan berkembang, karena potensi saya bukan di sini. Saya yakin, setiap orang terlahir dengan bakat mereka masing-masing. Everyone was born to be master. Dan, saya berkeyakinan, bakat saya bukan di dunia mesin.

Begitulah ceritanya, sehingga saya memutuskan untuk resign. Sempat, juga waktu itu saya minta kebijakan untuk pindah ke kantor. Tetapi, hasilnya nihil. Meskipun saya telah menunjukkan berbagai sertifikat penghargaan tingkat nasional dan tingkat Internasional ke bagian HRD.

Kenapa saya di Jerman ?

Setelah keluar dari perusahaan itu, tugas yang saya pikul sangatlah berat. Saya harus membuktikan bahwasanya keputusan saya tidak salah. Waktu itu, saya masih harus menyelesaikan kuliah saya, yang sempat saya cuti kan karena bekerja di perusahaan itu.

Setelah menerima selembar Surat Keterangan Lulus (saya belum diwisuda), saya pun langsung mencemplungkan diri pada dunia pencarian kerja. Saya berusaha curi start. Satu persatu perusahaan ku masuki hanya untuk sekedar mengantar berkas lamaran. Mulai dari supermarket, stasiun radio, sampai perusahaan minyak raksasa. Hasilnya pun lumayan, saya selalu lulus seleksi sampai tahap wawancara akhir, tetapi setelah itu gagal.

Tidak niat daftar Beasiswa, tapi akhirnya ke Jerman.

Sementara menunggu ijazah keluar, saya melihat pengumuman beasiswa calon dosen politeknik. Sayangnya, deadlinenya tutup bulan Oktober, sementara ijazah saya keluar bulan November awal. Saya pun mengubur mimpiku. 

Akan tetapi, saya menyuruh teman-teman saya untuk daftar kala itu. Salah satu teman saya yang saya paksa untuk daftar adalah Zaikal, I kew his talent so well. Waktu saya memberitahukan kabar itu, dia sedang bekerja di Perusahaan Kecil di Jakarta. Dia pun tidak merespon ku dengan animo yang kuat. Saya pun geram dibuatnya dan memutuskan untuk mendaftarkannya. Saya membuka website online sembari meminta informasi data dirinya melalui telepon.

Sampai pada tahap pengisian "Negara yang dituju" dan "Universitas yang dituju". Mungkin karena Zaikal tidak pernah memikirkan untuk lanjut kuliah S2 menggunakan beasiswa, dia belum kepikiran mau ke negara mana dan universitas mana. Proses pendaftaran pun aku akhiri, karena aku takut jika diisi sembarangan, malah nanti didiskualifikasi.

Setelah itu, saya iseng mengisi form online-nya. Sekalian mengecek isi form itu, apa saja yang dibutuhkan. Pikir ku, jika pun aku isi sembarangan tidak lah apa-apa, karena saya tidak niat mendaftar beasiswa itu. Proses pendaftaran pun aku selesaikan, tanpa mengupload ijazah dan transkrip.

Dua minggu setelahnya aku mendapat telepon dari seorang teman lama, dia mengatakan sampai ketemu di lokasi tes. Dan akupun lulus berkas. Entah.

Komputer Restart dan Belum Selesai

Lika-liku berikutnya waktu ikut tes TKDA dan tes Bahasa Inggris. Saya ikut tes di Universitas Negeri Makassar jam 9.00 pagi waktu itu. Saya sempat deg-degan melihat yang daftar beasiswa itu lumayan banyak, dan dari tampang pun mereka semua memiliki tampang genius. Jujur, saya sempat minder. 

Tes menggunakan komputer, berlangsung selama kurang lebih 3 jam dan sistemnya online. Parahnya, di tes TKDA, saya baru menyelesaikan sepertiga soal, namun komputernya tiba-tiba restart. Saya sudah menjelaskan ke panitia, tapi lagi-lagi nihil. Saya tidak diperkenankan melanjutkan pertanyaan sisanya. Kecewa? Pasti. Saya pulang dengan tidak punya harapan bisa lulus.

Pas pengumuman, benar namaku tidak ada. Saya pun lagi-lagi mengubur mimpiku. Waktu itu, cuma satu orang yang lulus dari Makassar. Itu pun temanku yang besar di Amerika. Wajar.
Tiga hari kemudian, teman ku itu mengabari bahwasanya namaku masuk daftar lulus cadangan. Dan saya pun dapat panggilan untuk masuk pelatihan Bahasa Inggris di ITB, Bandung selama 6 bulan.

Tidak Lulus Tes Wawancara

Jalannya tidak mudah, setelah 6 bulan ikut pelatihan. Saya pun ikut tes wawancara, yang konon hanyalah formalitas. Tetapi kenyataannya saya tidak lulus, dengan alasan Universitas Tujuan saya di Taiwan, jurusannya tidak linear dengan jurusan saya. Capek? Iya.

Waktu itu tes wawancara di Jakarta. Nasib saya sempat  terkatung-katung tidak jelas di Jakarta. Mana lagi saya belum punya tempat tinggal di sana. Masih numpang di rumah keluarga teman saya.

Dan ternyata, jalan terbuka lagi. Ada wawancara gelombang kedua dan Tuhan memang sutradara yang Maha Baik. Di saat menunggu wawancara kedua, saya menerima email bahwa saya diterima di kampus Jerman. Betapa senangnya. Semua pun berjalan mulus. Ikut tes wawancara gelombang kedua, dan lulus.

Di copet di Kopaja

Ini mungkin, salah satu part yang tidak terlalu penting, tapi karena kejadian ini, banyak yang bisa dijadikan pelajaran. Setelah lulus tes wawancara, saya diikutkan pelatihan bahasa jerman 2 bulan di Goethe Institute Jakarta.

Suatu hari, ketika berangkat ke Goethe Institut, saya dicopet di kopaja. Handphone saya yang memang masuk kategori barang mewah, raib. Padahal, saya ingat sekali, itu hasil gaji terakhir saya waktu kerja di perusahaan semen. 

Tips naik kopaja, jangan taruh apa-apa di saku celana. Dompet, Ponsel dan lain-lain, taruh di tas, dan tasnya di taruh kedepan (meskipun ransel). Usahakan cari tempat di depan, soalnya di belakang, banyak copet. Jangan berkomunikasi sama orang tidak di kenal, entah itu pedagang, penjual produk kesehatan, dll. Jangan mau di sentuh-sentuh, soalnya ada juga yang modusnya menjual produk kesehatan, cek-cek tangan kita, eh tiba-tiba ponsel kita raib.




Well, sekarang saya sudah di Jerman. Cerita ini  belum selesai. Ini bukan ending dari perjuangan. Malah sebaliknya, perjuangan baru di mulai. Jangan berfikir, berada di posisi saya enak, semuanya butuh perjuangan.

Related

personal 414814317808974340

Posting Komentar

  1. Hidup ad pilihan bro..dan itu pilihan yg sulit tp kamu befhasil memulai episode baru...trnyata mantan TT 2012 ya...sukses y

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Damn crazy story, spread your wings, fly to the light !

    BalasHapus
  4. SubhanaAllah...
    SEBUAH kisah Penuh inspiratif...
    CONRATULATION bro FaiZ dan Sukses selalu...

    BalasHapus
  5. Allah maha berkehendak

    BalasHapus
  6. Wuiihh... Super sekali, aku kira S2nya di Taiwan, ternyata malah di Jerman. Good luck bro

    BalasHapus
  7. allah memang sutradara yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambanya

    BalasHapus

emo-but-icon

RECENT

POPULAR

COMMENT

INFO

RANDOM POST

item